Ketika Shibori dan Jumputan Jadi Bintang di Food & Fahion

SEMARANG, Mediajateng.net – Desainer asal Solo Riani mengangkat kembali kain Shibori dengan menyandingkannya dengan kain Jumputan.

Kedua jenis kekayaan estetika seni tradisional tersebut ternyata memiliki benang merah. Keduanya memiliki persamaan proses pembuatan, yaitu menggunakan teknik ikat. Shibori berasal dari Jepang, kain yang sudah diikat, dilipat sesuai pola tertentu kemudian dicelup untuk proses pewarnaan. Teknik ikatan bisa menyesuaikan seperti dibentuk garis, polkadot maupun kota. Hampir sama dengan itu, Jumputan berasal dari kain yang diikat diisi batu- batu kecil. Shibori maupun Jumputan memiliki keistimewaan karena unsur warna dan motif yang tidak terduga dari proses pencelupan itu. ”Karena shibori dan jumputan melewati proses penciptaan yang sama dengan kain jumputan, saya pikir akan jadi hal unik jika menggabungkan keduanya. Semua material dibuat sendiri jadi lebih unik karena tidak ada motif yang sama,” ujar desainer yang tergabung dalam Indonesian Fashion Chamber (IFC) Chapter Semarang- Jawa Tengah. Trend fashion 2017 diusung dalam fashion luncheon di Star Hotel Semarang, kemarin. Riani membawa 26 koleksi mengusung Shibori, Jumputan atau tabrak motif antara Shibori dan Jumputan. Para model mengelilingi tamu

Ciri khas garis rancangannya masih dalam koridor ready to wear dan casual. Tamu hotel yang sedang menikmati santap siang bisa menikmati parade fashion mulai dari dress, celana, outer,  bolero, blouse.

Potongan longgar atau free size masih mendominasi puluhan desain tersebut. Riani bermain aman dalam membaurkan warna Shibori dan Jumputan. Warna senada dari dua kain tersebut dipilih meliputi pink, peach, oranye muda, biru, ungu dan kuning.

Gaya Riani terlihat dalam pola asimetris, cutting tidak beraturan yang membuat tampil etnik pun bisa edgy. ”Mengenakan busana harus percaya diri. Koleksi ini bisa digunakan untuk nongkrong ke mall, kampus maupun arisan,” katanya.

Shibori sendiri sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia namun baru dua tahun belakangan populer kembali. Sebelumnya pecinta fashion mengenal kain tie dye yang sempat booming. Shibori memberikan pilihan baru dalam bergaya etnik dalam motif yang mirip. ”Pagelaran busana menggunakan Shibori baru pertama kali dan diharapkan mendapatkan respon positif dari pecinta fashion. Untuk Jumputan, masyarakat sudah akrab dengan jenis kain ini,” ungkap Pemilik Label Busana Reeanee.

Kolaborasi food& fashion menjadi sajian baru bagi tamu hotel. Kemasan Express Lunch membuat tamu tidak hanya mencicipi makanan namun memiliki referensi terbaru dalam hal fashion. Menu yang disajikan dari Sabang sampai Peterongan dan fashion terbaru selalu hadir setiap bulan. ”Hotel menyediakan ruang untuk desainer berkreasi,” ungkap General Manager Star Hotel Semarang, Benk Mintosih. (MJ-069)

Comments are closed.