Keberagaman Dan Industri Rakyat Jadi Kekuatan Solo

SEMARANG, mediajateng.net, – Kota Solo memiliki banyak industri kecil dan menengah. Dan, yang menjadi tujuan wisata domestik dan internasional adalah karena keberadaan para penjaja kuliner. Keberagaman di kota kelahiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun sangat dijunjung tinggi. Oleh karenanya, pengembangan industri lokal dan terjaminnya keberagaman menjadi kekuatan yang harus dikembangkan.

Pendeta Gereja Injili Agape Sola Fide Solo Manati I Zega mengatakan, kota Solo adalah kota yang mengedepankan pluralitas masyarakatnya. Selain itu, kota ini juga memerlukan banyak orang yang mengerti ekonomi kerakyatan, utamanya dunia industri kecil dan menengah.

“Solo adalah milik semua golongan. Serta ekonomi kreatif karena itu yang diperlukan masyarakat,” terang Manati, Selasa malam (16/4).

Untuk itu, dia berharap wakil rakyat yang ideal di Solo dan sekitarnya adalah mereka yang mengedepankan keberagaman daripada kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Juga, punya kemauan untuk membangun industri rakyat di Solo dan sekitarnya.

“Membangun relasi harmonis dengan dunia usaha. Membangun relasi dengan pemerintah berkaitan dengan regulasi. Membuat konsep kontekstual. Berani mengambil langkah, memulai lalu bersinergi dengan masyarakat membuat sentra kaukus,” paparnya.

Terhadap pengembangan UMKM di Solo, politisi Partai NasDem Eva Yuliana, mengatakan salah satu produk UMKM dan industri kecil yang mampu menembus pasar ekspor kini berada di Solo. Meski, diakui pemasarannya masih dalam skala kecil. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi unsur penting yang harus dilakukan.

“Sehingga, akan semakin memperkuat produk UMKM unggulan tersebut dalam membidik pasar yang lebih luas, karena dukungan pemasaran melalui teknologi informasi,” ujarnya.

Dikatakannya, pelaku UMKM juga harus mampu mengikuti perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi digital. Apalagi, daerah ini kian menjadi salah satu tujuan wisata yang kian populer di Jawa Tengah.

“Sehingga semakin mempermudah bagi para pelaku UMKM di Solo untuk mengembangkan UMKM berbasis pariwisata,” bebernya.

Persoalan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi tantangan tersendiri. Salah satunya, adalah karena adanya penurunan anggaran dari pemerintah daerah.

“Anggaran tahun ini turun, dari di atas Rp6 miliar pada tahun lalu saat ini turun menjadi Rp5,8 miliar,” kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta Nur Haryani, di kesempatan berbeda.

Ia mengatakan dari total anggaran tahun ini, sekitar Rp 2 miliar khusus digunakan untuk pengembangan UMKM. Menurut dia, pada penggunaan tersebut sekitar Rp1 miliar digunakan untuk memfasilitasi pameran dan pelatihan untuk para pelaku UMKM.

Dikatakannya, jumlah UMKM yang dibina oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kota Surakarta hingga akhir tahun lalu sekitar 3.200 UMKM khusus di sektor produktif.

“Untuk jumlah UMKM di Kota Solo yang menjadi binaan kami mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu sekitar 10 persen/tahun,” katanya.

Adapun secara potensi di Kota Solo jumlah UMKM sekitar 43.700 UMKM.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu mengatakan Solo merupakan kota menarik. Pemimpin di Solo menganut agama berbeda tetapi bisa mengayomi warganya.

“Solo ini menarik. Pak Rudi (wali kota) yang menganut agama berbeda, bisa mengayomi yang lain. Hampir tiap ada pengajian besar, Pak Rudi telepon saya, Mas Ganjar, dalane tak tutup. Itu menunjukkan pluralisme yang selama ini ada. Solo selalu menarik pada hal yang seperti itu, karena toleransi yang sangat tinggi,” kata Ganjar.

Keharmonisan kehidupan masyarakat yang tercipta, imbuhnya, menjadi modal penting untuk menyengkuyung pembangunan. Karenanya, selain pembangunan infrastruktur, pembangunan manusia tidak boleh ditinggalkan. (ot/mj)