Eva Yuliana Yakin Santri Di Jateng Bisa Jadi Pengusaha

SEMARANG, mediajateng.net, – Politisi NasDem Eva Yuliana mengatakan santri bisa menjadi entrepreneur muda jika dilatih sejak dini. Apalagi di Jawa Tengah saat ini setidaknya ada 4 Ribu lebih pondok pesantren. Eva Yuliana meyakini, semuanya bisa menjadi kekuatan ekonomi Indonesia. Bahkan, pengembangan ekonomi santri di Jawa Tengah diharapkan bisa membantu mengentaskan kemiskinan.

Eva pun mengaku sudah menerapkan cara membantu santri agar menjadi entrepeneur. Dia membantu memberikan alat serta pelatihan untuk mengasah jiwa ekonomi santri. Selain itu, Eva membuatkan usaha di pondok pesantren berupa toko yang kerjasama dengan retail modern.

“Dengan seperti itu maka toko itu bisa jadi laboratorium santri untuk santri bisa mempunyai ilmu tentang retail modern. Karena ilmu retail modern itu tidak mudah, dari penataan barang yang akan dijual, kemudian manajemen pergudangan, manajemen keuangan butuh keahlian khusus. Toko yang kita usahakan pesantren itu saya berharap bisa bermafaat secara optimal sebagai lahan untuk santri belajar jadi entrepreneur matang khususnya dalam hal retail,” tutur  Eva kepada wartawan, Minggu (31/3).

Eva meyakini, pengembangan ekonomi santri bukan hal sulit. Dan, dia meyakini, ponpes siap dengan itu.

“Sebagai alumni santri tentu saya dapat dengan mudah menceritakan bahwa santri adalah kader bangsa yang bisa paling siap menghadapi segala cuaca. Santri dibesarkan dengan menguatkan mentalnya, penguasaan bagaimana menghadapi kondisi sosial yang ada dan ekonomi,” imbuhnyq.

Eva melanjutkan, satri memang dibekali dengan ilmu-ilmu dan dapat berdaptasi dengan fleksibel. Jadi, santri dapat mudah dikembangkan dalam hal ekonomi dengan berbagai macam usaha.

“Usaha tingkat dari jualan kecil-kecil kemudian yang usaha besar bisa dilakukan oleh para santri,” kata Caleg DPR RI NasDem Dapil Jawa Tengah V meliputi Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten itu.

Mengenai regulasi, Eva menilai khusus untuk santri tidak diperlukan. Menurutnya, cara mendorong santri menjadi entrepreneur yaitu memberikan bekal yang diperlukan.

“Kemudian kalau yang didorong bagaimana kita membekali pendidikan entrepeneur kepada santri itu yang diharapkan. Jadi alumni pondok pesantren lebih matang dan lebih siap untuk kembangkan dan berinovasi dalam hal ekonomi,” harapnya.

Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen di kesempatan berbeda mengatakan, keberadaan 4.759 ponpes di Jateng dengan sekitar 600 ribu santri bakal menjadi kekuatan ekonomi. Sehingga karakter para santri yang sudah baik, diimbangi dengan kesiapan para santri menghadapi tantangan ekonomi, di tengah kemajuan teknologi dan industri global seperti sekarang dan yang akan datang.

Berbagai upaya pun dilakukan Pemprov Jateng guna mendukung dan mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), termasuk UMKM di lingkungan ponpes. Di antaranya berupa bantuan bibit untuk sektor pertanian, pelatihan, pengemasan hingga pemasaran produk UMKM, membantu mengurus perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikat halal, dan lainnya, serta bantuan kredit modal usaha melalui Kredit Mitra 25 Bank Jateng.

“Pada periode tahun 2018-2019, kami menyiapkan PIRT dan sertifikat halal untuk 100 UMKM secara gratis, kemudian 2020 ditingkatkan menjadi 500 UMKM termasuk pondok pesantren. Bagi pondok pesantren yang memiliki usaha dan ingin mengurus PIRT dan sertifikat halal, datang ke Pemprov dan semua gratis. Ini upaya untuk berkembangnya UMKM di Jawa Tengah,” beber pria yang akrab disapa Gus Yasin ini.

Pendidikan di pondok pesantren harus terus dilestarikan dan dikembangkan, dengan tidak meninggalkan era atau selalu mengikuti zaman. Artinya ponpes tidak hanya berkualitas di bidang syariat dan pengetahuan agama, tetapi juga paham ekonomi dan melek teknologi

Sementera pemerintah pusat tengah gencar melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di lingkungan pesantren, yang dinamakan program Santripreneur. Hal itu pun menjadikan ponpes berpotensi besar menciptakan wirausaha baru dan menumbuhkan sektor industri kecil dan menengah (IKM).

Dalam implementasi Santripreneur ini, ada dua model penumbuhan wirausaha industri baru dan pengembangan unit industri di ponpes. Yaitu Santri Berindustri dan Santri Berkreasi.

Santri Berindustri merupakan upaya pengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh ponpes maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.

Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa ponpes untuk menjadi seorang profesional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini. (ot/mj)