Malam Ini! Pembukaan Pameran Puluhan Lukisan Kopi

SEMARANG, Mediajateng.net – Pameran seni rupa one heart for second hope yang akan berlangsung dari 20 hingga 27 Agustus mendatang, akan dibuka malam ini, Sabtu (20/8) pukul 19.00 WIB.
Puluhan lukisan yang memanfaatkan ampas kopi sebagai media pewarnanya dipamerkan di ruang galeri Nestcology jalan Tambora Candisari Semarang. “Dengan memanfaatkan medium ampas kopi, bermaksud mengingatkan kembali tentang peristiwa kemanusiaan dimana subjek manusia dihadapkan dengan sebuah perkara keterancaman masa depannya, dan manusia itu tak lain ialah anak-anak yang masih berada diambang labilitas serta butuh pembinaan,” ungkap Sunu D. Wibiaksono dari Serupa yang menjadi inisiator pameran.
Bekerja sama dengan Yayasan Setara dan Nestcology, Serupa menggandeng setidaknya 43 pelukis dari berbagai kota, dengan menyajikan karyanya dengan mengusung spirit Anak yang Berhadapan Hukum (ABH). “Bagi seniman yang terbiasa menempatkan kepekaan nuraninya, wajar kalau tergugah dan pameran kali ini lebih memaknakannya sebagai “tanggung jawab sosial“ lewat ekspresi bahasa rupa (karya lukisan, instalasi tiga dimensional dan patung) dalam menghasratkan kepeduliannya, merepresentasikan bayang-bayang warna kekelaman warna kopi sebagai kode artistiknya, sekaligus media visual karya seni kontemporer,” tambah lelaki berambut panjang yang terbiasa mengenakan kacamata bulat tersebut.
Pameran yang berlangsung satu minggu tersebut, menghadirkan Mahmud El Qadri sebagai kurator. Dalam pemaparannya, disebutkan bahwa seluruh perupa yang turut andil dalam pameran tersebut berangkat dengan ciri masing-masing. “Disini, setiap seniman tentu memiliki ruang personalitas kekhasan dalam menuangkan ide-ide dan gagasannya. Dengan ketajaman imajinasi, rasio, intuisi dan keyakinan cara pandangnya,” kata Mahmud El Qadri.
Tafsir terhadap kekerasan pada anak, lanjut Mahmud, ditelisiknya tidak sekedar makna visual yang verbal, bukan sekadar bahasa artifisial. “Namun sebagai bahasa seni tafsir visualitas yang tentunya lebih menukikkan kepersoalan yang berkelindan pada semua aspek,” tegas dia.
Selain itu, Mahmud juga mengungkapkan, bahwa kekerasan berwajah sangat kompleks dan berbentuk multi-dimensional. Mulai dari kekerasan psikologis, kekerasan sosial ekonomi, budaya, kekerasan relegiusitas, kekerasan pendidikan, dan seterusnya. “Seluruh ekspresi itu hadir dalam pameran ini,” kata dia. (MJ-016)

Comments are closed.