Ini Cara Kampung Jawi Lestarikan Budaya Jawa

SEMARANG, mediajateng.net – Suara gamelan menggema di acara Car Free Day (CFD), Minggu (9/12/2018). Para pengunjung yang lewat di depan Gedung Pramuka, Jalan Pahlawan Kota Semarang, sejenak menghentikan langkahnya untuk menikmati alunan gending Jawa itu.

Apalagi para pemain yang memainkan alat musik gamelan itu adalah anak-anak. Disaat teman teman seusianya asyik dengan gadget, mereka justru lebih tertarik memainkan musik gamelan.

Ya, itulah cara Kampung Jawi , Gunungpati, salah satu desa tematik di Kota Semarang, melestarikan dan mengenalkan budaya Jawa kepada para generasi muda.
Selain menyuguhkan musik gamelan, acara bertajuk Kampung Jawi Dolan Ning CFD itu, juga menampilkan pertunjukan karawitan, jatilan, dan punokawan dihadapan para pengunjung Car Free Day.

Selain mempunyai misi untuk menyebarkan virus kecintaan terhadap budaya Jawa, Kampung Jawi , Gunungpati juga ingin memperkenalkan diri kepada masyarakat Kota Semarang tentang keberadaan mereka.

Terlebih , keberadaan Kampung Jawi yang berdiri sejak dua tahun lalu dan sebagai salah satu desa tematik pelopor kebudayaan jawa, masih banyak warga Kota semarang yang belum tahu tentang Kampung Jawi.

Acara Kampung Jawi Dolan Ning CFD merupakan wujud kerjasama antara Kampung Jawi dengan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Semarang.

“Kami berharap warga Kota Semarang terketuk hatinya untuk lebih mencintai budaya Jawa. Mereka juga tertarik datang dan mengenal lebih dekat tentang kami (Kampung Jawi),” kata Siswanto, Ketua Sekertariat Kampung Jawi, Minggu (9/12/2018).

Tegar Aji Saputra, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Semarang, mengatakan, kegiatan pengenalan Kampung Jawi di acara CFD merupakan salah satu tugas mata kuliah Management Public Relations , untuk mengembangkan publikasi dan mengurangi jumlah public yang belum mengetahui akan adanya Kampung Jawi.

Sebelum acara di CFD berlangsung, para mahasiswa juga gencar menyebarkan informasi mengenai profil dan kegiatan Kampung Jawi melalui berbagai media termasuk di medsos (media sosial).

“Iya , sebelum acara di CFD ini, kelompok kami gencar mengkampanyekan Kampung Jawi di media social seperti Facebook, Instagram dan Whatsapp. Target kami adalah mengenalkan Kampung Jawi secara lebih luas,” kata Tegar.

“Setelah adanya acara ini, kami berharap nantinya mampu memberikan makna kepada masyarakat Kota Semarang untuk lebih mencintai budaya Jawa dan berkeinginan untuk berkunjung ke Kampung Jawi. Sebab, digalakkannya berbagai macam desa tematik di Kota Semarang bertujuan agar sektor ekonomi di beberapa desa yang mempunyai potensi wisata dan budaya bisa lebih dikembangkan lagi,” lanjut mahasiswa yang mengaku masih jomblo itu.

Menurut tegar, melestarikan budaya adalah tanggungjawab kita bersama. Masing – masing orang maupun komunitas mempunyai cara tersendiri untuk menunjukkan rasa cinta terhadap kekayaan dan keragaman di negeri ini. Kampung Jawi, salah satu desa tematik di Kota Semarang ini, memberikan bukti nyata akan kecintaan mereka terhadap budaya Jawa.

“Mereka (Kampung Jawi) memiliki visi dan misi yang kuat dalam menghidupkan kembali budaya Jawa , yang saat ini perlahan mulai susah ditemui di kampung – kampung lainnya,” tutupnya.