Dua Dara UPGRIS Raih Peringkat Sama dalam Peksiminas 2020

Dua Dara UPGRIS Raih Peringkat Sama dalam Peksiminas 2020

SEMARANG, mediajateng.net – Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) 2020 merupakan ajang tahunan yang sangat ditunggu-tunggu oleh mahasiswa seluruh Indonesia. Pusat Prestasi Nasional Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Peksiminas yang diselenggarakannya tersebut, tahun ini menyuguhkan puluhan tangkai lomba kesenian untuk mahasiswa.

Delegasi dari Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) tahun ini mendapatkan juara harapan 2 pada tangkai penulisan lakon dan juara harapan 2 pada tangkai penulisan cerita pendek. “Kemenangan pada tangkai penulisan lakon tersebut diwakili oleh Khatim Laela dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kemudian untuk kemenangan pada tangkai penulisan cerita pendek diwakili oleh Evik Kumala Sari dari Program Studi Pendidikan Matematika,” tutur Ahmad Ripai, Humas UPGRIS.

Bagi Khatim Laela, saat menjalani proses persiapan untuk mengikuti lomba penulisan lakon dalam Peksiminas ini, banyak ketakutan dan khawatir yang dirasakan setelah dipilih untuk mengikuti peksiminas ini. “Hari demi hari dilalui dengan membaca dan terus berlatih. Sempat merasa pusing, capek, dan ingin menyerah. Namun, Pak Naka sebagai pembimbing selalu memberikan motivasi yang mampu membuat saya semangat lagi. Alhamdulillah, berkat doa dan usaha, serta dukungan dari orang-orang sekitar, saya bisa mendapat juara harapan dua. Ini bukan akhir. Namun, awal untuk terus berproses meraih hal-hal istimewa lainnya di depan,” ungkap Khatim Laela, mahasiswa PBSI yang saat ini sedang menempuh semester 7.

Sedangkan Evik Kumala Sari, mengaku bahwasanya sebenarnya ada pula kekhawatiran mengikuti peksiminas pada tahun ini. “Tentu segala itu muncul begitu saja saat melihat lawan yang dari mahasiswa berbagai universitas di seluruh Indonesia. Apalagi saya sendiri mahasiswa dari program studi Pendidikan Matematika, membuat saya merasa agak minder dan pesimis. Namun, karena peksiminas ini hanya dilaksanakan sekali dalam dua tahun, saya tentunya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Dan Alhamdulillah, usaha, kekhawatiran, dan kebingungan selama hampir sebulan menempatkan saya pada lima besar dan mendapat juara harapan dua, meskipun belum mendapat juara pertama, mungkin di lain waktu dan tempat saya bisa mendapatkannya,” ungkap Evik Kumala Sari, mahasiswa Pendidikan Matematika yang saat ini sedang menempuh semester 7.

Bagi Setia Naka Andrian, pembimbing kedua mahasiswa tersebut, bahwasanya mereka telah melewati beberapa tempaan proses untuk memperkuat kualitas penulisannya. “Meski saya kira prosesnya tak sampai sebulan, tetapi mereka berdua merupakan hasil seleksi tingkat fakultas. Meski juga proses penjaringan mahasiswa untuk mengirimkan karya hanya dua hari saja. Baru selepas itu ditemukanlah Khatim dan Evik. Awalnya pun, belum saya tentukan siapa yang akan mewakili tangkai lakon atau tangkai cerpen,” ungkap Setia Naka Andrian, dosen PBSI yang saat ini sedang menjalani residensi selama sebulan di Kab. Kayong Utara Kalbar, program Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud.

Alasan Naka, tidak ditentukan sejak awal siapa yang mewakili penulisan lakon atau penulisan cerpen tersebut, karena ia ingin agar keduanya menjalankan tempaan proses yang sama. “Sebab begini, saat mereka berdua saya pilih untuk mewakili kampus, saya melihat di antara mereka merasa bahwa menulis lakon lebih sulit daripada menulis cerpen. Kesan yang saya tangkap, keduanya nampak ingin mewakili menulis cerpen dan enggan mewakili lakon. Lalu ya sudah, saya samakan saja proses mereka. Proses-proses awalnya mereka sama-sama saya minta untuk menulis lakon dan cerpen. Berkali-kali begitu. Bahkan mereka pun saya beri buku-buku yang sama, termasuk buku-buku lakon dan prosa yang baru-baru ini menang dalam beberapa ajang bergengsi,” ungkap Naka, yang baru-baru ini buku puisinya memperoleh nominasi buku puisi terbaik Penghargaan Prasidatara 2020 dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah.

Ditambahkan oleh Naka, bahwasanya baru satu minggu sebelum perlombaan mereka ditentukan siapa yang akan mewakili penulisan lakon atau penulisan cerpen. Sebelumnya keduanya sama-sama proses membaca dan menulis lakon ataupun cerpen. “Saya sampaikan kepada mereka, bahwa keduanya sama-sama berangkat dari sebuah cerita. Sudah itu saja. Jadi yang membedakan hanya alat yang digunakan untuk mengangkut cerita-cerita itu. Maka saat pengumuman kemenangan Peksiminas, saya terkejut, keduanya memperoleh peringkat yang sama. Jadi boleh dikata, pada mulanya sama, dan pada muaranya mereka tiba di titik yang sama. Mereka berdua kompak dunia akhirat dalam Peksiminas tahun ini,” pungkas Naka. (Ar-MJ)