Data Global Burden of Cancer (Globocan) 2018 terdapat sekitar 33,5% kasus Leukemia baru pada anak laki-laki umur 0-19 tahun dan 31% pada anak perempuan di Indonesia

Waspada, Tidak Saat Dewasa Kanker Darah Ancam Anak Indonesia. PCC Pria Lebih Rentan

Media Jateng, Jakarta– Selain menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, kanker darah juga banyak diderita usia anak-anak.

Ancaman kangker darah untuk usia anak, bahkan jumlah kasus pasien lebih tinggi dibanding dengan jumlah pasien kangker darah bagi perempuan.

Menurut data Global Burden of Cancer (Globocan), pada 2018 diperkirakan terdapat sekitar 33,5% kasus Leukemia baru pada anak pria umur 0-19 tahun dan 31% pada anak perempuan di Indonesia.

Selain Leukemia, ada dua jenis kanker darah lainnya yang paling umum di Indonesia, yakni Limfoma dan Myeloma.

Masing-masing dari jenis kanker darah tersebut memiliki penyebab pembentukannya sendiri. Terapi Sel T CAR sebagai Pengobatan Terbaru untuk Mengobati Kanker Darah

“Terapi Sel T CAR dilakukan dengan cara mengambil Sel T dari pasien dan kemudian memodifikasinya di laboratorium hingga dapat mengenali target kanker di dalam tubuh. Setelah proses ini selesai, sel-sel tersebut dimasukkan kembali ke dalam tubuh pasien,” jelas Dr Colin Phipps Diong, Konsultan Senior, Hematologi, Parkway Cancer Centre, dalam zoom kepada wartawan, Rabu 20 April 2022.

Dr Colin Phipps Diong, Konsultan Senior, Hematologi, Parkway Cancer Centre, menambahkan, Sel T adalah sel darah putih yang mendeteksi dan menghancurkan sel-sel abnormal di dalam sistem kekebalan tubuh manusia.

Namun, pada pasien kanker darah, kemampuan Sel T terganggu, sehingga tidak dapat mendeteksi atau menghancurkan sel-sel kanker tersebut.

Terapi Sel T efektif dalam mengobati pasien relaps dengan kanker darah tipe Leukemia Limfoblastik Akut (ALL) dan Kanker Limfoma Non-Hodgkin seperti Diffuse Large B-Cell Lymphoma (DLBCL).

Dr Colin Phipps Diong, Konsultan Senior, Hematologi, Parkway Cancer Centre, menambahkan, terutama, apabila pengobatan-pengobatan sebelumnya tidak berhasil menunjukkan hasil yang diharapkan.

Sama halnya dengan pengobatan-pengobatan lainnya, Terapi Sel T CAR memiliki efek samping seperti Immune Effector Cell-Associated Neurotoxicity Syndrome (ICANS) dan Cytokine Release Syndrome (CRS).

ICANS memengaruhi sistem saraf pusat pasien, sedangkan CRS adalah penyakit multisistemik yang berkembang setelah pengobatan Sel T CAR. Gejala CRS termasuk demam tinggi dan merinding, kesulitan bernapas, sakit kepala, detak jantung yang cepat, dan seterusnya.

CRS dapat muncul beberapa minggu setelah proses dimasukkannya Sel T ke dalam tubuh, tetapi biasanya terjadi dalam dua minggu.

Ada beberapa kelompok pasien yang tidak memenuhi syarat untuk mengikuti terapi Sel T CAR, seperti pasien yang memiliki hipertensi intrakranial atau tidak sadarkan diri, gagal pernapasan, pasien dengan koagulasi intravaskular diseminata, dan pasien hematosepsis atau infeksi aktif yang tidak terkendali.

“PCC akan terus mengembangkan keahlian dan layanan agar dapat senantiasa memberikan pengobatan kanker darah yang terkini. Kami selalu melihat ke masa depan,” tambahnya.

“Penting bagi kami untuk terus membangun tim agar dapat memperluas jejak layanan kami dan memberikan pengobatan paling mutakhir seperti terapi Sel T CAR ini,” kata Dr Colin.Mj/50