Grobogan

Waduh! Mondok di Dimas Kanjeng, Kades di Grobogan Bawa Lari Uang Kas Desa

×

Waduh! Mondok di Dimas Kanjeng, Kades di Grobogan Bawa Lari Uang Kas Desa

Sebarkan artikel ini
GROBOGAN, Mediajateng.net – Iming-iming uang melimpah oleh Dimas Kanjeng Taat Pribadi, berhasil pengaruhi Kepala Desa Jenengan, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Agus Suseno.
Tidak saja meninggalkan pekerjaan sebagai pemimpin wilayah, namun Agus diduga juga menggunakan uang dari dana desa untuk disetor ke Padepokan pimpinan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Gading Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Hingga Sabtu, (1/10/2016), Agus dikabarkan belum juga ngantor untuk menjalakan tugas melayani masyarakat desa.
Sekretaris Desa Jenengan Jaudi, ketika ditanya terkait kepergian pimpinanya ke pondok Dimas Kanjeng Taat. Terkait kepergian Kades, diduga lantaran sang Kepala Desa tersebut diduga juga menjadi santri dari sosok yang saat ini ditetapkan tersangka dalam dugaan kasus penipuan penggandaan uang oleh pihak Kepolisian Polda Jatim.
Info sang Kades ikut mondok, diketahui dari makin gencarnya informasi yang berkembang di masyarakat sekitar.
Dugaan ini diperkuat dari ajakan sang kepala desa kepada beberapa warga untuk ikut mondo. “Banyak dari laporan warga ke saya. Dia (Kades Red) ikut mondok di sana. Katanya dengan menyetor uang jutaan bisa berubah menjadi puluhan juta,” tambahnya.
Dugaan perangkat, tambah dia, tidak saja membawa uang dari uang hasil pengelolaan bengkok, uang kas Desa namun Kades juga membawa sebagian uang warga yang terpengaruh.
Sekdes menambahkan, sedikitnya ada enam warganya yang sudah menyetorkan uang ke Kepala Desa tetapi sampai sekarang belum kembali. “Jumlah yang disetor mulai Rp 7,5 juta sampai Rp 25 juta. Mereka dijanjikan bisa mendapatkan uangya kembali dan bisa berlipat ganda. Janji yang diberikan setiap setor Rp 20 juta akan berlipat ganda menjadi Rp 5 miliar,” imbuhnya.
Setelah ditunggu hingga beberapa lama uang yang disetorkan dan tambahan tidak juga diberikan. Bahkan, sang Kades juga ikut hilang. “Tetapi sampai waktu yang ditentukan uang belum kembali,” terang dia.
Menurutnya janji yang diberikan tersebut karena Agus Suseno Kades Jenengan sudah mendapatkan gelang lawe. “Dimana orang yang sudah mendapatkan gelang lawe maka sudah dijanjikan mendapatkan uang Rp 5 miliar,” ungkapnya menirukan laporan warga.
Lebih lanjut, Saudi menjelaskan,  Kades Jenengan juga membawa uang bengkok Desa sebesar Rp 74 juta tahun 2015. “Uang itu, rencananya akan dibayarkan untuk kesejahteraan 11 Ketua RT dan 4 Ketua RW dan satu SKD,” tambahnya.
Bahkan, kepergiaanya, juga membawa uang Kas Desa sebesar Rp 109 juta. Total ada Rp 350 juta dengan uang pribadi yang disetorkan ke Padepokan. ”Seharusnya uang itu disetorkan ke Kas Desa. Tetapi malah dibawa semua dan tidak disetorkan dan dibawa secara pribadi,” ujarnya.
Permasalahan uang, bahkan pernah memunculkan aksi demo warga Desa dan tokoh masyarakat bulan Agustus 2016. Permasalahan keuangan, juga telah dilaporkan ke Polda Jawa Tengah dan dilimpahkan ke Polres Grobogan. Namun, hingga sekarang masih penyelidikan dan baru pemeriksaan ke perangkat Desa dan Kepala Desa serta warga.
Akibat mengikuti padepokan itu, permasalahan administrasi di Desa Jenengan menjadi terbengkalai.
“Dana APBDes tahun 2014 dan 2015 tidak ada laporan pertanggungjawaba. Sedangkan untuk dana APBDes 2016 tidak bisa digunakan karena tidak ada tanda tangan Kepala Desa,” tambahnya.
Lebih parah lagi, tahun 2016 sejak  Juli sampai September tidak aktif lagi. Baru absen kantor setelah hari raya Idul Fitri bulan Juli lalu.  ”Orangya sekarang dimana gak tahu,” tandasnya.
Sementara itu, belum bisa dilakukan LPJ APBDes tahun 2014 dan 2015 karena pelaksanaan tidak dilakukan dengan cara Musrembang. Sehingga dana dari APBDes dari beberapa anggaran tidak bisa dilaksanakan dan APBDes 2016 tidak bisa dilaksanakan. Jumlahnya sekitar Rp 3,3 miliar.  ”Saya tidak mau tanda tangan karena mau saya ada pembahasan Musrembang tidak dibuat sendiri. Kalau begini kan ada penyelewengan,” akunya sambil menjelaskan di Desa Jenengan terdapat tiga dusun, 11 RT, 4 RW dan 2.415 jiwa penduduk.
Dihubungi terpisah, Kapolres Grobogan AKBP Agusman Gurning mengungkapkan, terkait adanya korban Kanjeng Dimas masih dalam pendataan.
Selain menunggu informasi warga, namun pihaknya juga tengah berusaha mengungkap kasus tersebut.
“Permasalahan ini masih lidik,” ungkapnya saat ditanya terkait korban Kanjeng Dimas di Grobogan, Jawa Tengah. (MJ-070).