SEMARANG, Mediajateng.net – Kecintaan Eri Purwanto pada Love bird semakin mendarah daging. Bagaimana tidak, demi menekuni burung cantik tersebut, Eri rela melepas jabatan manager sebuah perusahaan asing.
Kicau dan tampilannya yang cantik, membuat love bird memiliki daya pikat tersendiri di mata pecintanya. Juga dengan harganya yang bisa mencapai puluhan juta rupiah, membuat kolektornya bisa masuk pada kelas pecinta burung kelas satu. Eri Purwanto mengaku bahwa saat ini dirinya telah memiliki setidaknya 30 pasang indukan love bird. “Awalnya saya beli indukan sepasang Love Bird Lutino. Waktu itu harganya mencapai Rp12 juta. Kemudian beranak, anaknya saya jual, saya belikan indukan lagi jadi makin banyak,” ujar dia.
Saat ini pun, hampir tiap sudut rumah Eri, di Perumahan Dempel Baru Blok Perak 1 Nomor 11 Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan, Semarang tergantung burung cantik tersebut. Sebelum menggila love bird, Eri mengaku sebagai manager pada sebuah perusahaan asing. “Saya waktu itu heran, setiap kali saya menyuruh anak buah untuk lembur tidak pernah mau. Ternyata dia, di rumah punya peliharaan tiga pasang Love Bird, dan sekali panen bisa mencapai 5-6 ekor, yang dijual per ekor bisa mencapai Rp750 sampai Rp1 juta,” kenangnya.
Waktu itu tahun 2008, dan Eri mulai mengenal dunia love bird sebelum akhirnya memutuskan untuk terjun sepenuhnya dan menanggalkan posisi manager. “Pasti, keluarga sangat menentang, terlebih istri. Tapi saya meyakinkan dia, bahwa penghasilan dari beternak love bird ini tidak akan kalah dengan penghasilannya sebagai manager,” terang suami dari Siti Ika Winarni tersebut.
Untuk pemasaran, Eri mengaku baru menguasai lingkup wilayah Kota Semarang dan sekitarnya. “Meski juga ada sejumlah daerah lain seperti Bandung, Bekasi bahkan Kalimantan juga menjadi langganan saya. Kalau di Kalimatan Harga Palamas masih tinggi,” katanya.
Layaknya hukum ekonomi, dengan maraknya permintaan, akan menurunkan harga pasar. Begitu juga love bird. Untuk mengantisipasi hal tersebut, burung-burung yang ditangkar hanya burung-burung trah jawara, yang memiliki harga relatif stabil. “Saat ini love bird sedang booming, tapi harganya juga murah. Oleh karena itu saya hanya main di trah khusus kekekan karena harganya masih mahal,” akunya.
Kendalanya, lanjut Eri, hanya 3 M. “Yaitu maling, mati, mabur (terbang),” kata Eri sambil tertawa. Tidak heran, julukan master love bird dari Semarang tersemat di pundak ayah empat anak ini. (MJ-069)
Tanggalkan Posisi Manager Perusahaan, Demi Love Bird
