SEMARANG, Mediajateng.net – Bisnis biro periklanan di Indonesia sedang mengalam fase kembang-kempis. Selain soal perekonomian, edukadi beriklan juga minim.
Wakil ketua bidang pengembangan organisasi dan pendidikan, Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jawa Tengah, Victor Dewantoro menjelaskan bahwa lesunya perekonomian di Indonesia, membuat industri periklanan meredup, ditambahlagi adanya pengetatan kebijakan dari pemerintah terkait kebijakan penggunaan anggaran pun menambah dunia perikalanan kian meredup.
“Kondisi pasar tidak pasti, pengusaha jasa perikalanan dipusungkan dengan rendahnya belanja iklan yang tidak pasti,” katanya dalam jumpa pers, terkait Konferensi Daerah P3I yang digelar 17 November 2017, kemarin.
Dewantoro juga menegaskan, khusus di Jawa Tengah media cetak terkena imbas penurunan yang paling tajam, yakni sekitar 10 persen.
“Belum lagi dengan adanya media online yang membuat persaingan pasar iklan di Jawa Tengah kian menarik, dan terdapat persaingan harga,” jelasnya.
Menurut dia, para biro iklan harus melakukan akselerasi pasar.
Potensi pasar iklan melalui media cetak masih besar, terlebih media cetak menjadi pasar terbanyak yakni sekitar 60 persen, sisanya televisi, radio dan online. Realita tersebut membuktikan jika kotan atau media cetak masih dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga perlu adanya sinergi antara industri media dan industri perikalanan.
“Harus ada kerjasama antar media dan agensi periklanan. Media massa punya peran untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tujuannya agar minat untuk berikilan mengalami kenaikan,” jelasnya. (MJ-069)
Comments are closed.