Pelajar Menjadi Sasaran Penyebaran Berita Hoax

GROBOGAN-mediajateng.net

Siswa menjadi sasaran penyebaran berita bohong atau hoax, menjadi perhatian jurnalis Grobogan.Bekerjasama dengan Polres Grobogan, Kodim 0717 Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) menggelar pelatihan jurnalistik televisi ‘menangkal berita hoax bersama pelajar se Kabupaten Grobogan’. Pelatihan,gelar di Mapolres Grobogan, Jalan Gajahmada, Purwodadi, Sabtu (11/3/2017).

Tidak saja dilatih teknik peliputan televisi, peserta juga dibentengi terkait pentingnya memfilter berita yang akan disebarkan baik melalui media maintream maupun melalui media sosial (medsos).Dalam pesanya, Kapolres Grobogan AKBP Agusman Gurning meminta pelajar bisa bijak memanfaatkan media sosial.

“Medsos sudah digunakan berbagai kalangan. Mulai anak-anak sampai orang tua sudah akrab dengan dunia medsos. Termasuk didalamnya kalangan pelajar. Untuk itu perlu dilakukan berbagai pemahaman supaya menggunakan medsos dengan bijak,” katanya.

Acara pelatihan jurnalistik yang dilangsungkan di aula Jananuraga mapolres, dibuka Bupati Grobogan Sri Sumarni. Hadir pula Kasdim 0717 Purwodadi Mayor Ngatijo dan pengasuh Ponpes Manba’ul A’laa Purwodadi Ahmad Liwaul Hamdi.

Kapolres menambahkan, sebenarnya medos disatu sisi memang banyak sekali manfaatnya. Seperti menambah teman, memperluas jaringan, dan mencari berbagai informasi.Namun, disisi lain, tidak sedikit pula hal-hal negatif yang ada dibalik medsos tersebut. Misalnya, banyak berita tidak benar atau hoax yang sering muncul dalam medsos.

“Keberadaan medsos memang seperti dua mata pisau. Banyak manfaat dan juga ada dampak negatifnya. Hal inilah yang harus jadi perhatian kita bersama,” jelasnya.
Untuk menekan dampak negatif, salah satu hal yang perlu dilakukan adalah memberikan pemahaman tentang keberadaan media sosial tersebut.

Termasuk peraturan perundangan yang mengatur masalah tersebut.
Kemudian, hal-hal yang perlu dihindari dalam penggunaan media sosial juga perlu disampaikan.

Misalnya, hati-hati berteman dengan akun atau grup yang tidak dikenal, menampilkan konten yang tidak sesuai dengan etika, dan menghujat seseorang.
Selain itu, butuh pula dukungan pengawasan dari orang tua terhadap aktivitas yang dilakukan anaknya menggunakan fasilitas internet. Baik lewat komputer, laptop atau smartphone.

“Penting bagi orangtua untuk dapat memastikan keamanan anak-anaknya saat berinteraksi di media sosial. Jangan biarkan begitu saja ketika anak sudah asik main internetan,” sambungnya.

Ketua IJTI Muria Raya Indra Winardi mengungkapkan, penggunaan medsos, satu sisi menguntungkan, namun juga bisa mengancam dan menjerumuskan penggunanya tentang informasi yang disebarkan. Karenanya, untuk membentengi anak dari pengaruh negatif, diharapkan orang tua harus melakukan pengawasan media sosial.
“Salah satu tujuan kita agar anak tidak keblinger menggunakan Medsos. Prostitusi, hinggga ikut menyebarkan berita bohong bisa dilakukan anak-anak yang kurang menelaah informasi yang diterima melalui medsos,” ungkapnya.(MJ-505)