Semarang, mediajateng.net, – Muda dan sukses, itulah yang terlihat pada Anggih Heri Saputra. Bagaimana tidak, di usia 23 tahun Anggih sudah memiliki 50 outlet tahu krispi di berbagai wilayah di Jawa Tengah, mulai dari Kota Semarang, Solo, Yogyakarta, Jepara, Rembang. Bahkan ada outlet yang ia dirikan di Banten, Jawa Barat.
Ia mengawali terjun ke bisnis kuliner karena ingin hidup mandiri. Sebagai mahasiswa Unnes asal Pubalingga dari program Bidikmisi (khusus tidak mampu), dirinya harus berhemat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah di Kota Semarang.
“Setiap hari harus hidup dengan uang sebesar Rp 15 ribu. Mau tidak mau, uang satu hari saya hanya dapat jatah dari orangtua segitu ya dicukup-cukupin,” ujarnya mengawali cerita.
Anggih, sapaan akrabnya menjelaskan, ide jualan tahu muncul usai dirinya mengikuti event wirausaha di Purbalingga awal tahun 2018. Ia melihat di tempat kelahirannya itu ada orang jualan tahu krispi dan ramai pembeli setiap harinya.
“Lalu saya terinspirasi ingin jualan tahu juga. Saat itu ada uang Rp8 Juta, modal nekad sajalah, yang penting usaha jalan dulu,” kenangnya.
Untuk mendapatkan bumbu yang pas dan enak, ia sampai puluhan kali melakukan eksperimen. Agar tambah yakin rasanya, tiap ke kampus ia membagikan tahu buatannya kepada teman-teman.
“Gagal, gagal, gagal, sampai akhirnya ke 70 sekian kali melakukan eksperimen menemukan rasa untuk olahan tahu krispi yang menurut saya enak,” ujarnya. Dengan sisa modal yang ada, kemudian ia mulai berjualan menggunakan gerobag yang seadanya. Sekitaran area Unnes ia pilih sebagai tempat pertama kali ia jualan tahu krispi.
Dan seiring perkembangan usahanya yang mendapat respon pasar yang bagus, tepatnya pada 15 Maret 2018 Brand ‘Tahu Kekinian’ mulai dikenalkan kepada mahasiswa Unnes dan masyarakat umum. Selain harganya yang relatif terjangkau, rasa yang ditawarkan tahu krispi olahannya juga digandrungi kalangan muda.
“Semua dari nol awal mulanya memang, dan juga karena BU (Butuh Uang) maklum mahasiswa bidikmisi, tau sendiri lah,” ujarnya sambil tertawa.
Setiap usaha, pasti akan merasakan pasang dan surut. Begitu juga Anggih. Ia pernah tertipu sampai Rp 40 juta oleh seseorang. Penipuan itu terjadi manakala ia ingin mendapatkan mentor usaha dari seorang pengusaha. Namun apa yang terjadi, ia malah tertipu.
“Bagi orang seusia saya ketipu uang segitu tentu besar,” tuturnya. Uang jasa mentoring yang sudah terlanjut ia berikan dibawa kabur oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
Atas kejadian buruk tersebut, ia tetap sabar dan tegar. Ia justru mulai bangkit lagi dengan mencari investor untuk membesarkan usahanya. Karena memiliki kemampuan marketing yang baik, ia berhasil meyakinkan investor untuk memperbesar usahanya. Persis satu tahun ia buka, 15 outlet berhasil ia dirikan di Kota Semarang.
Karena terus berkembang, jumlah outlet usahanya tersebut kini juga terus bertambah. Hingga saat ini, sedikitnya ada 50 outlet yang tersebar di seluruh Jawa Tengah. Jumlah karyawan yang bekerja di bawah payung usahanya juga lebih dari 60 orang.
Sekilas, tahu krispi olahannya tersebut memang tidak jauh berbeda dengan tahu krispi pada umumnya. Yang membedakan hanya rasa, harga, serta packajing yang berbeda.
“Relatif murah kalau saya jual, per butir tahu hanya Rp 800 rupiah,” katanya. Ketika tahu krispi buatannya dicoba memang ada rasa rempah yang cukup melekat. Anggih mengakui jika bumbu yang ia gunakan sebagian besar memang berasal dari rempah-rempah.
Namun menggunakan komposisi tertentu. Untuk bumbu olahan rahasia itu ia siapkan dari kantor utamanya di Sampangan. Tahu sebagai bahan dasar pembuatan makanannya juga ia siapkan disana.
Setelah itu, mulailah semua bahan baku tersebut dikirim oleh kurir ke semua outlet. Untuk yang ada di luar Kota Semarang, ia bekerjasama dengan produsen tahu lokal setempat. Namun khusus untuk bumbu rahasianya ia kirim langsung dari Semarang.
“Baru setelah dikirim, eksekusi penggorengan tetap di outlet. Simpel sekali prosesnya,” ujarnya.
Menurutnya, apa yang ia lakukan bisa juga dilakukan oleh orang lain. Khususnya generasi muda atau kaum milenial.
“Kuncinya cuma satu, jika ingin sukses di jalur usaha, menurut saya ya jangan egois dan jangan malu,” pesannya.
Diusia usahanya yang baru 3 tahun lebih dengan keberhasilan seperti itu memang bisa menjadi contoh. Disaat pemuda seusianya hanya sibuk nongkrong sambil bermain game di smartphone, Anggih Heri Saputra sudah mandiri dan sukses berwirausaha. (ot/mj)