Menyimak Pesona Tafsir Al Ibris

SEMARANG, Mediajateng.net – Kitab yang dikarang oleh KH Bisri Mustofa Rembang, ayahanda Gus Mus disebutkan memiliki pesan sejarah dan nasionalisme. Mbah Bisri memang ulama Jawa yang sangat luar biasa, karyanya sangat banyak sekali.

“Kita harus banyak berguru dari karya beliau yang berjumlah 176 kitab dan buku” kata Drs Anasom M.Hum, Ketua Pusat Pengkajian Islam dan Budaya Jawa (PPIBJ) UIN Walisongo, Rabu (21/2).

Melihat banyaknya kitab karya Mbah Bisri, maka PPIBJ menggelar diskusi yang membedah tiga Kitab Jawa Pegon, yaitu: Tafsir Al Ibriz, Tarikhul Auliya’ dan Ngudi Susilo, Selasa (20/2/2016) di metting room LP2M UIN Walisongo.

“Tiga kitab yang dikupas ini jelas memberikan warna karya ulama Jawa yang sangat peduli terhadap sejarah dan nasionalisme” kata M Rikza Chamami, dosen FITK UIN Walisongo yang membedah Kitab Ngudi Susilo.

Pesan nilai sejarah Walisongo hingga kemerdekaan Indonesia ditulis secara rapi oleh Mbah Bisri dalam Kitab Tarikhul Auliya’. Sedangkan pesan-pesan mencintai agama dan negara ditulis dalam Kitab Ngudi Susilo.

Dr Abu Rokhmad MAg, dosen FISIP yang membedah Tafsir Al Ibriz juga menyampaikan kehebatan karya Mbah Bisri.

“Dulu tidak ada yang bisa menerjemah 30 juz tafsir yang dikarang Mbah Bisri karena saking sempurnanya,” kata Abu. Setiap ada yang mau menerjemah selalu gagal di tengah jalan.

Tujuan menulis tafsir Al Ibriz ini jelas agar masyarakat Jawa yang tidak paham bahasa Arab bisa mengetahui artinya dengan bahasa Jawa.

“Ada pola makna gandul khas pesantren dan terjemah bebas dalam tafsir Al Ibriz ini,” jelas Abu.

Bahkan tafsir ini sudah dipakai untuk mengajar para Kyai di semua pesantren di Indonesia bahkan di Malaysia, Brunei dan Thailand.

Pelajaran yang bisa diambil dari ketokohan Mbah Bisri adalah untuk menjadi orang luar biasa bisa dimulai dari orang biasa. Generasi muda saat ini juga perlu meniru produktifitas para ulama dalam menerbitkan kitab dan buku yang dijadikan bekal referensi di masa mendatang.