DEMAK, Mediajateng.net – Sebanyak 16.000 warga Kabupaten Demak masih buta aksara. Berbagai upaya terus dilakukan Pemkab setempat.
Untuk itu, Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Demak, Jateng, menggelar Workshop Pengembangan Pendidikan Keaksaraan.
Acara yang dimotori Bidang Pendidikan Non Formal Dindikpora Demak tersebut di laksanakan pada tanggal 19 – 20 Oktober 2016 , di Gedung PGRI Demak.
Acara yang secara resmi dibuka oleh, Kepala Dindikpora Demak, Mukhtar Lutfi itu, di ikuti sebanyak 60 peserta yang terdiri dari Penilik PNF, Pengelola PKBM dan Tutor Keaksaraan. Sedangkan sebagai narasumber menghadirkan praktisi keaksaraan nasional yakni Mukhlasin yang juga Ketua Forum Keaksaraan Jawa Tengah.
Ketua Panitia, Supratiningsih, menjelaskan, bahwa workshop ini untuk memberikan pemahaman kepada penyelenggara supaya mempunyai kemampuan untuk mengelola program pendidikan aksara. Selain itu juga memberikan pengetahuan kepada para pendidik/tutor supaya terampil mengelola pembelajaran pendidik keaksaraan. “Tutor keaksaraan itu juga harus profesional,” terang Bu Ning sapaan akrabnya.
Menurut Ning, sesuai data BPS , buta aksara di Kabupaten Demak kurang lebih masih 16.000 orang. Upaya pemerintah untuk menuntaskan permasalahan buta aksara dengan menyelenggarakan program pendidikan keaksaraan dasar atau lanjutan. “Pendidikan keaksaraan itu bertujuan untuk melayani penduduk buta aksara supaya memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung dalam bahasa Indonesia,” terangnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, sambung Ning, pendidik / tutor harus memahami pembuatan RPP dan silabus sehingga dalam pelaksaanaannya nanti benar benar profosional. “Workshop ini peserta akan praktek membuat RPP dan Microteaching, ” ucapnya.
Salah satu peserta Ari Widodo, Ketua PKBM Mukti Utama Kecamatan Karangtengah, menyambut baik workshop pengembangan keaksaraan itu, karena dapat menambah ilmu dan wawasan bagi para pengelola maupun tutor keaksaraan. “Berkecimpung di pendidikan masyarakat adalah tantangan. Terutama di bidang keaksaraan karena masyarakat yang masih buta aksara sangat membutuhkan motivasi dan fasilitas untuk belajar melek huruf hingga belajar memahami perkembangan teknologi sehingga mampu menjadi individu yang unggul,” ujarnya. (MJ-045)