Manggung di Kendal, Heydi Ibrahim Powerslave Suarakan Kegelisahan

KENDAL, Mediajateng.net – Kendal Rock In 90 (Rock in Reunion) 2016 merupakan sebuah program kreatif dari Komunitas musisi Kendal (komik) atas respon terhadap kegelisahan Komik mengenai musik era 90 an yang sudah tidak begitu dilirik oleh kalangan musisi muda Kendal pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
“Komik sendiri pada event yang telah diselenggarakan pada Sabtu 4 Juni 2016 ini mengundang vokalis ternama Heydi Ibrahim (Powerslaves). Kami undang karena setidaknya Powerslaves menjadi penanda band yang menggerakkan napas musik era 90 an tersebut, lebih-lebih band Powerslaves merupakan band andalan beraliran rock yang berasal dari Provinsi Jateng, lebih tepatnya dari Kota Semarang,” ungkap Muhamad Farid Musthofa, pentolan Komik dan pengelola Selecta Music Studio Patebon.
Acara dimulai mulai pukul 15.00 hingga 22.00 WIB di Cafe Walet Pondok Ijo Weleri Kendal. Heydi Powerslaves pada kesempatan tersebut selain  menyuarakan musik rock era 90 an bersama band bentukan Komik (Komik And The Gank), Heydi juga berdialog dengan para pengunjung yang hadir. “Diskusi menyuarakan mengenai masa lalu, masa kini dan masa depan musik rock 90 an yang berkembang di Kendal, Semarang pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Acara ini kami selenggarakan gratis tanpa pungutan tiket dan terbuka untuk umum. Selain ada penampilan Heydi Powerslaves featuring Komik And The Gank, acara KENDAL ROCK IN 90 tsb juga akan dimeriahkan oleh band-band lawas Kendal yang menyuarakan musik rock 90 an pada eranya,” tutur Setia Naka Andrian, ketua Komunitas Musisi Kendal. Band-band lain yang turut menyuarakan gelaran musik rock 90 an tersebut di antaranya Cromozom, The Opium, Mr. Kids, ID Rock, Mantra, Blackstar, Jackass, dan Demoncrazy.
Tutur hadir pula musisi senior Kendal, Pak Taufiq Klinik Musik Buana Suara dalam acara tersebut, di sela-sela acara saat pentas, ia mengatakan bahwa musik clasic rock adalah musik penyemangat, musik olah rasa. Selain itu, pada kesempatan penghujung acara, Heydi Ibrahim mengatakan bahwa menurutnya patut diakui bahwa musik tahun 90 an berbeda dengan musik era tahun 2000 an. “Bermusik hendaknya meningkatkan skill, wawasan serta memahami diri kita siapa. Bermusik harus punya karakter, jangan hanya meniru. Sebagai orang Jawa hendaknya menjunjung tinggi unggah-ungguh, dan saling menghargai. Bermusik dengan rasa, dan jiwa maka akan mentransformasikan nilai,” tutur serius Heydi Ibrahim.
Tambahnya, sebagai musisi khususnya vokalis, bagi Heydi harus mempunyai ciri khas dan karakter, bahkan Heydi sempat menyesali mengapa dulu meniru Axl Rose. “Saya ingat, di era 90 an saat-saat rekaman masih analog, musisi benar-benar dituntut untuk maju dalam bermusik. Bayangkan saja, untuk take vocal lagu Malam Ini, ia menghabiskan waktu selama dua hari. Jadi benar-benar harus selalu belajar dan menyiapkan diri untuk sungguh-sungguh dalam bermusik,” pungkas Heydi Ibrahim. (MJ-007)

Comments are closed.