Media Jateng, Semarang, – Keberadaan Bank Sampah di Kota Semarang, Jawa Tengah, mempu memberikan manfaat bagi para pelaku usaha. Seperti yang dilakukan Rebricks, sebuah startup impact, yang mendaur ulang sampah plastik sekali pakai menjadi bahan bangunan.
Menurut co founder Rebricks Indonesia, Novita Tan dan Ovy Sabrina, pihaknya mendapatkan sampah plastik dari beberapa bank sampah binaan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, untuk diolah menjadi paving block.
“Dalam sebulan, kami beli sampah plastik residu sebanyak 1,4 ton dari bank sampah yang ada di Kota Semarang. Dari jumlah itu, bisa menjadi 700 meter paving block, ” kata mereka kepada mediajateng di Kota Semarang, Sabtu (28/6/2024).
Salah satu founder Rebricks, Novita Tan menjelaskan, metode yang digunakan dalam membuat paving block adalah mencacah plastik dengan mesin sampai halus. Cacahan dicampur pasir dan semen, lalu dicetak menjadi paving block.
Metode ini kata dia, sudah lolos uji tekan dan memenuhi Standar Nasional Indonesia dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kementrian Perindustrian. Dari hasil uji, produk Rebricks kuat menahan beban hingga 250 kilogram per sentimeter persegi.
“Penampakan paving block produk kami sama seperti paving konvensional. Harganya pun kompetitif, Rp110.000 per meter persegi. Sehingga banyak tukang bangunan beli paving di Rebricks,” jelasnya.
Paving block buatan Rebricks cocok untuk pelataran parkir, jalur pejalan Kaki dan taman. Namun bagi Novita Tan yang terpenting bukanlah pada nilai ekonomis tetapi gerakan kecil yang dilakukan bisa menggugah kesadaran masyarakat luas.
Selain Rebricks, Seko Upcycle juga melakukan hal serupa yakni memanfaatkan sampah kantong plastik dari bank sampah di Kota Semarang untuk diolah menjadi produk kerajinan seperti dompet, tas, lanyard, hingga pounch.
Menurut salah satu founder Seko Upcycle, Biandi Zamariz, aksi ini dilakukan mulai tahun 2022 bersama dua temannya, yakni Ayu Radinna dan Destyati Nabila.
Mereka prihatin dengan permasalahan sampah di Indonesia yang semakin memprihatinkan. Selain itu, dari riset yang dilakukan ternyata sampah kantong plastik tidak dikumpulkan oleh para pengepul di Kota Semarang karena tidak ada harganya.
“Proses menjadi sebuah produk itu lumayan lama tahapannya, dua bulan dalam satu kali produksi. Mulai dari pengumpulan kantong plastik, pencucian, pemanasan, desain hingga proses penjahitan,” bebernya.
Dalam satu kali produksi, kata dia, bisa menghasilkan 20 produk, mulai dari dompet, sling dompet, hingga tote bag.
“Selama proses produksi selama kurang lebih 1,5 tahun, kami bisa mengurangi sampah kantong plastik sekitar 1.000 kilogram,” ungkapnya.
Produk Ceko Upcycle seperti dompet atau Beta Series dijual mulai dari harga Rp149.000, untuk Carlie Series harganya Rp179.000 dan untuk tote bag atau Alva Series harganya Rp229.000.
Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala DLH Kota Semarang, Diah Supartiningtias mengapresiasi kepada kelompok masyarakat maupun dari komunitas yang peduli terhadap lingkungan dengan memanfaatkan sampah plastik dari bank sampah yang ada di Kota Semarang.
“Kami berharap, kegiatan semacam Rebricks dan Seko Upcycle bisa terus tumbuh sehingga sedikit banyak bisa mengurangi permasalahan sampah, khususnya yang ada di Kota Semarang,” pungkasnya.
Dengan begitu, kata Diah, volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang lambat laun menjadi berkurang. (ot/mj)