Kebudayaan dan Pendidikan Memiliki Keterkaitan yang Kuat

Media Jateng, Semarang – Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Keolahragaan (FPIPSKR) Universitas PGRI Semarang menyelenggarakan Seminar ke-Indonesian seri VII dengan topik ”Dialektika Kebudayaan dalam Membangun Pendidikan” di aula lantai 6 gedung kampus IV, jalan Gajah Raya, Kota Semarang.

Seminar ke-Indonesiaan tersebut menghadirkan narasumber berkompeten seperti Halim HD (Networker Kebudayaan), Prof Fakhruddin, MPd (Guru Besar Unnes) dan Prof Wawan Sundawan Suherman MEd (Guru Besar UNY) yang dimoderatori oleh Dr Sri Suneki MSi.

Rektor UPGRIS, Dr Sri Suciati MHum mengatakan tujuan seminar ke-Indonesiaan seri VII ini untuk menebalkan dan menajamkan rasa cinta kepada Indonesia. Sehingga kecintaan mahasiswa terhadap Tanah Air akan menjadi jauh lebih hebat dan berkarakter.

“Mahasiswa tentu akan banyak memetik dari manfaat Seminar ini, karena mereka akan mendapatkan wawasan yang luas dari narasumber tingkat nasional yang dihadirkan. Selain menambah wawasan, mahasiswa juga akan termotivasi untuk belajar lebih baik dengan meneladani para narasumber agar bisa menjadi seperti mereka,” terangnya, Rabu (23/11/2022).

Melalui kegiatan Seminar ke-Indonesiaan ini, lanjut Rektor, diharapkan dapat menjadikan mahasiswa lebih berkarakter sebagai seorang calon guru yang akan melahirkan anak didik yang bertanggung jawab.

“Saya kira ini akan berpengaruh juga terhadap karakter mahasiswa. Sebagai calon guru,  mereka akan menjadi guru-guru yang berkarakter yang akan melahirkan anak-anak yang bertanggung jawab,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Keolahragaan UPGRIS, Dr Agus Sutono MFil menuturkan kebudayaan dan pendidikan memiliki keterkaitan yang kuat. Sehingga keterkaitan itu sebagai cara yang produktif untuk membangun sebuah pendidikan.

“Keduanya akan menjadi proses yang berkembang dan melahirkan hal-hal produktif,  karena dalam kebudayaan tertanam sebuah pendidikan. Pendidikan juga menjadi bagian yang tidak lepas dalam membangun kebudayaan, sehingga dua hal ini mampu membangun hubungan dialektis dan produktif bagi kemajuan bangsa,” katanya.

Terkait korelasi dengan pembelajaran mahasiswa FPIPSKR dengan seminar ke-Indonesiaan, Agus mengungkapkan melalui kegiatan ini dapat membekali mahasiswa dengan pemahaman kebangsaan dengan menjadi pribadi cerdas.  

“Kegiatan ini membentuk mahasiswa yang cerdas dan juga memiliki pemahaman kebangsaan yang kuat. Dengan kajian-kajian ke-Indonesiaan ini membekali mereka agar pandai dan cerdas sebagai calon guru, juga punya wawasan kebangsaan yang kuat,” pungkasnya. (MJ/60)