Kakek di Grobogan Ini Mencambuk 16 Cucu dan 11 Cicitnya

GROBOGAN, Mediajateng.net – Ketenangan Pasar Fajar Purwodadi, Kabupaten Grobogan, satu hari menjelang Natal tiba-tiba gempar. Dari lokasi parkir, seorang kakek yang terlihat harus duduk dikursi roda beberapa kali mengayunkan cambuk yang dipegangnya.

Tidak hanya sekali, namun cambukan beberapa kali mengayun pada anak-anak yang diketahui adalah cucu dan cicit sang kakek yang bernama Notoraharjo. Karenanya tindakan dilakukan kakek jelang pasar selesai, maka banyak pedagang dan pembeli mendekati dan ikut mengerubut untuk melihat secara langsung saat sang kakek beberapa kali mecut atau mencambuk sebanyak 16 cucu dan 11 cicit keturunan Notoraharjo dan Sumi.

Bukan karena marah, namun mencambuk cucu dan cicit dilakukan Notoraharjo untuk menjalankan laku tradisi turun temurun yang dinamakan tradisi ‘angon cucu’ atau menggembala cucu ke pasar. Sedang, cambuk cemeti yang bertujuan untuk mengarahkan langkah sang cucu ke dalam pasar tradisional diayunkan secara pelan tanpa menyakiti.

“Ini keinginan suami saya. Dulu, suami saya bilang jika usianya lebih dari 100 tahun maka akan melakukan tradisi angon putu,” kata Sumi saat mendampingi Notoraharjo Angon Putu.

Sebelum diajak ke pasar, anak, cucu dan cicit diajak kumpul keluarga di Desa Brambangan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Kemudian, keluarga besar secara bersama-sama mendatangi pasar.

“Cucu yang besar diberi bungkusan berisi makanan ringan dan uang Rp 50 ribu dan kantong berisi biji-bijian biar ke depan anak tidak kekurangan pangan. Isi kantonya yang menyiapkan anak-anak,” katanya menjelaskan.

Tradisi Angon Putu, merupakan tradisi langka yang dijalankan secara turun temurun oleh masyarakat Jawa. Tradisi, dilakukan jelang akhir tahun di mana harus pada libur panjang. Pasalnya, tradisi akan diikuti semua anak, cucu dan cicitnya baik yang tinggal dekat orang tua maupun yang berasal dari luar kota.

“Semua berencana ikut hadir acara angon putu. Tapi saudara dari Kudus terlambat karena ban bocor jadi masih beberapa yang kumpul,” kata Suharti, anak kedua dari enam anak Notoraharjo.

Tradisi Angon Putu, baru dilaksanakan di tahun 2017 lantaran sang ayah mengucap janji jika usia lebih dari 100 tahun akan menggelar tradisi Jawa yang telah dilakukan kakek buyutnya. “Sekarang bapak usianya 100 tahun tujuh bulan makanya kami menggelar tradisi ini,” katanya menambahkan.

Riski, salahsatu cucu Notoraharjo kakek berusia 100 tahun mengaku senang dapat uang Rp 50 ribu dari kakeknya. “Tadi jajan di pasar Rp 2.000, seneng ini mau jajan lagi,” akunya sambil berlalu menuju toko di pasar tradisional pasar Fajar Purwodadi.

Kepada anak, cucu dan cicitnya, Notoraharjo dengan bahasa Jawa Kentel berpesan dina iki minggu pon tabuh tanggal 24 Desember 2017 aku duwe niat hajat lan dongake kanthi nyangoni urip rupa winihan muga-muga entuk hidayah saha inayah saking Gusti Murbeng Dumadi besuk kue kabeh keturunanku bisa tukul ngremboko kanthi urip rukun, mulyo, pangkat drajat sing becik, rejeki barokah.
Sing iseh sekolah pada pinter, sukses, nyambut gawe sing tekun, jujur, sregep salat, berdoa, iman taqwa, panjang umur, anak yang sholeh sholekah, ayem tentrem, slamet. Wilujeng aja lali amal sing akeh marang sedulur anak yatim piatu sebab kabeh mau minongko titipan seng gawe urip.

Yang dalam Bahasa Indonesia bermaksud, hari ini Minggu Pon Tanggal 24 Desember 2017. Saya punya niat dan mendoakan buat bekal hidup berupa benih semoga mendapat berkah hidayah dan inayah dari Tuhan. Dan kedepan semua keturunanku bisa tumbuh dengan subur, hidup dengan rukun, mulia, pekerjaan yang baik, mendapat rejeki yang diberkati.

Yang masih sekolah semoga menjadi anak pintar, sukses kedepan ketika kerja yang tekun, jujur, rajn sholat, rajin berdoa, imam yang takwa, panjang umur, anak yang sholeh, sholekah, damai, selamat. Untuk menjadi berkah pada sesama, jangan lupa beramal kepada anak yatim piatu sebab semua itu hanya titipan dari Tuhan.

Pesan kedua aku kepingen momong kowe kabeh arep tak giring tak jak lunga bareng neng pasar Purwodadi saperlu nuruti kepinginanne mbah ayo pada jajan bareng-bareng kepinginanmu apa kuwi ning kantong ana sangu setitik kanggo tuku jajaj ngono welingku muga-muga slamet wilujeng kabeh. (MJ-012)

Comments are closed.