Ini Jadinya Ketika Gelisah Tiga Golongan Disatukan di Pedurungan Tengah

SEMARANG, Mediajateng.net – ‎Sejak pagi hari, Vina, Auni, Alip dan anak-anak di RW 14 Pedurungan Tengah Semarang sudah bersiap. Mereka merias muka dan mematut diri di depan cermin. Sementara orang tua mereka sudah berkumpul di lapangan.
Minggu (22/5) digelar Festival Tanjungsari. Sebuah acara yang digagas warga RW 14 Pedurungaan Tengah untuk menyatukan kegelisahan kaum urban. Acara ini menjadi istimewa karena direspon Panser Biru, sebuah kelompok suporter pendukung PSIS Semarang, dan juga kelompok musik rock legendaris Semarang, Icaruz.
Tiga kegelisahan dari kaum urban, suporter, dan kelompok musik itu akhirnya menyatu. Menurut ketua harian Panser Biru, Agus Triyanto menyebutkan bahwa citra suporter sepak bola yang gemar rusuh hendak ditepis dengan kegiatan ini. Karenanya mereka kemudian mengusung acara yang bisaa menunjukkan kreatifitas anggota. “Misalnya drum blek ini kan modifikasi sampah yang jadi musik seperti drum band. Blek (kaleng bekas-red) selalu dibuang. Kami memperlakukan dengan beda,” kata Agus Triyanto.
CEO PSIS Yoyok Sukawi menyatakan dukungannya pada kreatifitas para suporter. Termasuk memperbesar keanggotaan melalui program Panser Biru Goes to Kampung. “Kami ingin suporter lebih kreatif dan bermanfaat di masyarakat. Dengan pendekatan seni budaya berkolaborasi dengan warga kampung Tanjung Sari, semoga semua menjadi energi positif,” kata Yoyok.
Sementara itu Cahyo Icaruz menyebutkan bahwa Semarang pernah menjadi kota rocker. Namun belakangan genre musik itu nyaris tak bergema. Hal itu memicu ide untuk membumikan musik rock. “Rock bukan sebagai sebuah harapan saja. Namun juga gaya hidup. Pemikiran yang merdeka. Jadi progran rock reborn d’kampoeng ini lebih mengena,” kata Cahyo.
Sedangkan Ketua RW 14 Tanjungsari, Pedurungan Tengah, Apriadi mengaku kaget bahwa ide penyelenggaraan Festival Tanjungsari yang pertama ini mendapat respon dari luar. Pertemuan kegelisahan mampu menjadi sinergi positif. “Inilah yang kami harapkan suporter tidak bersikap sangar (menakutkan), sangat santun serta mampu menjadi contoh dalam mengembangkan kegiatan positif ditengah warga. Selain itu, lewat bazar dan kuliner Panser Biru telah menjemput bola dalam memberdayakan potensi warga sebagai daya ungkit peningkatan perekonomian keluarga,” kata Apriadi. (MJ-047)

Comments are closed.