Perihal nama Kasmo sendiri menurut penuturan Giyono berasal dari nama mucikari yang berasal dari kota Jepara dan mulai masuk ke Muktiharjo sekitar tahun 1980 an, saking terkenalnya, orang-orang sekitar akhirnya menambahkan nama Mbah Kasmo bagi pria yang saat itu berumur 50-an.
Boleh dikata mbah Kasmo ini merupakan Mucikari atau Germo yang banyak pelangganya, karena menyediakan wanita yang bisa diajak kencan. Sedangkan anak buah mbah Kasmo sendiri berasal dari berbagai daerah. “Bocahe mbah Kasmo semok-semok mas ketika itu, mereka dari berbagai penjuru kota, paling jauh dari Madura, pelayananya jos gandhos lhah,” ungkap Giyono.
Sedangkan jumlah anak buah mbah Kasmo yang ikut kurang lebih 25 orang. Mengenai tarif kencan saat itu menurut giyono berkisar antara Rp.15.000,- s/d Rp.25.000,-. “Yang 25 ribu itu sudah istemewa, lheb song pokoke,” tambah dia.
Selain musik dangdut bernuansa gambus untuk menemani kencan para tamu hampir semua di gubuk liar menyediakan Congyang dan Bir, untuk surunganya bermacam-macam. Di ujung gang Sawah Besar ada penjual iwak ulo dan mencawak. Sedangkan untuk RW (daging anjing) para tamu sengaja membeli di kawasan stadion Diponegoro.
Ada pengalaman lucu yang pernah Giyono alami saat melakukan razia ketika dirinya ditugaskan oleh kesatuanya di Poltabes Semarang saat itu. Giyono dan petugas Polisi lainya menemukan pasangan yang sedang di bawah kandang kerbau yang tak jauh dari gubuk gubuk liar. (MJ- Imam Rahmayadi) Bersambung …
#IkiLhoSemarang, Kasmo dan Kandang Kebo (2)
