Dua Pengedar Narkoba Dibekuk, Modusnya Sembunyikan Sabu di Dubur

SEMARANG, Mediajateng.net -Pemerintah daerah saat ini perannya dibutuhkan oleh BNNP untuk mensupport pemberantasan narkoba. Karena pemberantasan narkoba Tidak bisa diserahkan kepada aparat penegak hukum, kepolisian maupun BNN saja.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginginkan seluruh elemen pemerintahan berkolaborasi mengeroyok pemberantasan narkoba. Terlebih setelah mengetahui modus operandi yang digunakan pengedar semakin nekad dan tidak masuk akal.

“Tapi ketahanan keluarga juga jadi penting agar orangtua selalu ngecek. Ngecek diri sendiri, anak-anak dan keluarganya agar tidak terkena narkoba. Maka kita harus bisa bersinergi agar bisa menjadi tameng secara sistematis yang baik,” kata Ganjar

Hal tersebut Ganjar katakan saat  menghadiri pemusnahan barang bukti narkotika jenis sabu di kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi Jateng di jalan Madukoro Semarang, Rabu (29/5).

Sabu yang dimusnahkan seberat 794 gram yang didapat dari jaringan pengedar Semarang – Batam – Malaysia. Modus yang digunakan pengedar dari Batam untuk masuk ke Jawa Tengah, memasukkan sabu ke dubur. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak lima kantong kemasan pelaku masukkan di dubur. Rencananya sabu tersebut bakal diedarkan di beberapa daerah di Jawa Tengah khususnya Semarang.

Barang haram tersebut didapat dari dua orang yang masih satu jaringan Semarang – Batam. Yang pertama Jadi Haryono alias Pakde yang ditangkap di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dengan barang bukti sabu seberat 250 gram. Setelah dilakukan pengembangan atas penangkapan Pakde, Dedy Nahumury pun diringkus oleh BNN di Perumahan Marina Garden Batam dengan barang bukti sabu seberat 650 gram.

“Yang kita musnahkan hari ini luar biasa. Ini betul-betul kerja intelijen. Jadi dari Batam mau dikirim ke sini informasi sudah tercium dulu. Karena mendeteksi secara fisik sulitnya minta ampun. Karena mereka polanya tidak ditenteng tapi dimasukkan ke dalam dubur. Dan itu undetektif agak sulit. Maka ketika ada informasi, sudah dideteksi dahulu. Orangnya ketahuan baru di cek. Cara atau modus yang seperti ini harus membuat kita lebih jeli dan hati-hati. Maka kolaborasi ini harus dijalani dengan serius,” kata Ganjar.

Menurut Ganjar, punggawa bangsa ini punya kepentingan besar karena tidak ingin anak-anak negara ini menjadi hampa atau tidak memiliki harapan. Karena sesuai sifat yang ditimbulkan usai mengkonsumsi, narkoba memang penghancur generasi bangsa. Maka untuk penindakan tidak pandang bulu, semua sama di hadapan hukum.

“Sebenarnya sudah ada peraturannya, sudah ada undang-undangnya. Tidak perlu sampai pada aturan yang lebih detail. Kita bekerja saja dengan cara itu. Dan saya pernah memecat pegawai yang memakai narkoba, dan ternyata penerimaan PNS soal itu, kan cuma sedikit pak. Kasihan. Tapi saya tidak mau toleran. Begitu kita toleran soal itu, maka sebenarnya kita tidak tegas soal pemberantasan narkoba. Maka kalau ada yang terlibat copot saja,” katanya.

Selain itu Ganjar juga mendorong agar pemerintah kabupaten maupun kota di Jawa Tengah yang belum memiliki BNN agar segera dirembug agar peredaran narkoba langkahnya semakin menyempit. Karena memang tidak semua BNN ada di Pemkab/Pemkot.

“Dulu BNNP ini tidak punya fasilitas. Bagaimana BNNP akan melaksanakan tugas jika mereka tidak punya tempat, maka kita sebagai pemerintah daerah menghibahkan agar BNN punya tempat. Kalau ada kejadian luar biasa solusinya penindakan, kita akan operasi gede-gedean, pasti,” katanya.

Sementara itu Kepala BNNP Jateng Brigjen Pol Benny Gunawan mengatakan meski barang bukti yang diamankan sedikit, namun ini modus operandi baru. Bisa jadi narkoba yang belum bisa diungkap BNN jauh lebih besar daripada yang diamankan.

“Tiap tahun di Jawa Tengah lebih dari 10 kg sabu yang beredar. Januari – Mei ini telah menetapkan 7 kasus dengan 20 tersangka sabu,” katanya