Dirjen Kebudayaan: Pendokumentasian Seni Tidak Berhenti pada Foto dan Rekaman Video

Banyumas, mediajateng.net – Pendokumentasian seni, tidak hanya berupa foto dan video. Ide segar, seperti pementasan yang menggambarkan transformasi seni menjadi sarana yang sangat menarik.

Itu dikemukakan Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid saat membuka pementasan “Metamorfosa Lengger” yang digelar oleh Yayasan Rumah Lengger, di SMK negeri 3 Banyumas, Sabtu, 20 November 2021, secara daring dan luring.

Menurutnya, lengger adalah sebuah ekspresi budaya yang penting bagi Kabupaten Banyumas. Selain itu, kesenian ini memiliki sejarah panjang dalam catatan tertulis di Serat Centhini dan sumber lainnya.

“Masih banyak diskusi mengenai asal-usul tentang lengger ini. Yang bisa kami pastikan, dari kelahirannya hingga masa sekarang ada banyak pengembangan. Karena itu kegiatan ini bertajuk metamorfosa lengger, perubahan bentuk lengger dari waktu ke waktu,” katanya.

Menurutnya, ingatan kolektif dalam bentuk pementasan ini bisa menjadi alternatif dokumentasi seni. Jadi, pendokumentasian tidak berhenti pada foto, rekaman video, data-data yang tersedia dihadirkan secara kreatif melalui kegiatan kolaborasi ini.

“Saya mengapresiasi setinggi-tingginya kepada Yayasan Rumah Lengger dan seniman-seniman yang terlibat dalam Metamorfosa Lengger,” ujarnya.

Wakil Bupati Banyumas, Sadewo Tri Lastiono mengatakan, Rumah Lengger yang didirikan atas inisiasi seniman dan koreografer tari Rianto ini difasilitasi oleh Pemkab Banyumas dengan memberikan sebuah ruangan sanggar di dalam komplek Pendapa Kecamatan Banyumas.

Sebagai informasi, Rumah Lengger menjadi satu bagian dari rancangan pengembangan kawasan wisata ‘Kota Lama Banjoemas’.

“Kami sudah berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan untuk rencana pembangunan dermaga di Desa Kedunguter dengan dana Rp 30 miliar, Pemkab akan membelikan dua kapal wisata dengan anggaran Rp 750 juta per kapal untuk menunjang Kota Lama Banjoemas. Kami juga sudah menyediakan bus wisata yang tinggal dioperasikan saja,” kata dia.

Lengger Banyumas, sambung dia, yang sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) yang dilestarikan dan dikembangkan agar menjadi kebanggaan masyarakat.

Pihaknya bercita-cita komplek Pendapa Yudhanegara, Kecamatan Banyumas menjadi sentra kegiatan budaya dan kesenian.

Dia juga mengapresiasi seniman yang menggelar pementasan ini secara terbatas dan daring. Ini menjadi bukti bahwa pelaku seni bisa beradaptasi dengan kondisi pandemi yang belum usai.

Adapun pagelaran Metamorfosa Lengger ini, memadukan lintas disiplin seni. Pentas kolaboratif dalam program Fasilitasi Bidang Kebudayaan ini menampilkan kisah perjalanan panjang proses pendokumentasian seni dan riset yang menandai kelahiran satu tahun Rumah Lengger.

Pertunjukan ini mengangkat empat bentuk kesenian yang mencakup koreografi tari, film, musik tradisi dan seni rupa. Untuk tari, koreografinya mengeksplorasi Lengger Barangan, Lengger Sintren, dan Calengsai (Calung Lengger Barongsai)

Menurut Rianto, produser sekaligus koreografer tari “Metamorfosa Lengger”, pementasan tidak sekadar memadukan unsur budaya Jawa dan Tionghoa.

Tapi juga berkolaborasi pemutaran film dan musik tradisi. Sedang seni rupa terintegrasi sebagai bagian dari panggung pementasan dan sarana pertunjukan tari.

Di sela pentas, penonton menyaksikan tiga buah film tentang perjalanan kesenian lengger tradisional yang berkeliling kampung untuk manggung. Selanjutnya, kesenian lengger berpadu dengan sintren hingga kelahiran seni Calengsai.

Tampilan tata panggung yang apik dan dukungan tata lampu dan kamera yang menawan menambah greget cerita perubahan kesenian lengger dari masa ke masa secara ringan dan menarik. (MJ/50)