Datangi Gubernur, Ini Curhatan Kartini Kendeng

SEMARANG, Mediajateng.net – Sembilan perempuan yang menamakan Kartini Kendeng kemarin mendatangi ruang kerja Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Mereka mengungkapkan kekhawatiran eksploitasi lingkungan oleh pabrik semen yang rencananya akan berdiri di sekitar tempat tinggal mereka.
Setelah melakukan aksi cor semen kedua kaki di depan Istana Negara, beberapa waktu lalu, saat ini Kartini Kendeng melanjutkan aksinya dengan menghadiri Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Mengenakan pakaian serba hitam, bersandal jepit dan rambut digulung konde tusukan kayu separo merah, Kartini Kendeng menghadap Gubernur. Di sekujur tubuhnya juga terbalut selendang.
Diwakili tokoh Sedulur Sikep Pati, Gunretno serta tokoh dari Jaringan Masyarakat Peduli Gunung Kendeng (JMPPK), Joko Prianto. Gunretno menjelaskan, soal lingkungan ini tidak bisa dibatasi yang kena dampak langsung atau tidak.
Dia berharap, Pemprov Jateng bisa konsisten menjaga lingkungan untuk kelangsungan generasi mendatang. Bahkan kalau bisa, gunernur tidak usah mengeluarkan izin penambangan.
Menurut dia, bentangan pegunungan Kendeng yang terbentang dari wilayah Grobogan, Pati, Blora, Rembang dan Kudus ini diincar sejumlah perusahaan tambang. Di wilayah Rembang misalnya diincar PT Semen Indonesia, di Pati melalui PT Indocement, dan di bagian karst Grobogan juga diincar. Mereka khawatir alam akan rusak dengan rencana penamangan. “Bentang Karst Kendeng ini sudah diincar. Bagian utara PT SMS, bagian selatan di bagian Wirosari dan Tawangharjo, Grobogan,” kata dia.
Kartini Kendeng pun meminta agar masalah lingkungan bisa dikawal, jangan sampai justru merusak sumber daya alam yang ada. “Kami minta tadi masalah semen agar diurai biar jelas. Beliau (Ganjar) kan sudah pernah datang ke lokasi, minta dirembug bareng, dan tadi ada kesepakatan untuk bisa mempertemukan dengan pihak perusahaan,” ungkap dia.
Salah seorang Kartini Kendeng, Deni Yuliantini dari Grobogan menyinggung penambangan semen kaitan dengan program pemerintah ijo royo-royo. Mereka ingin agar semua penambangan harus ada izin.
Menurutnya, di Grobogan banyak Galian C yang belum ada izin ada banyak dan tetap dilaksanakan. “Bukan hanya mereka yang perlu makan, semua butuh pangan, tapi jangan sampaai merusak alam. Kami di Grobogan sudah dua musim sudah beli air. Kalau alam rusak, pertaniannya nanti gimana?” keluh dia.
Sementara itu, Ganjar menjelaskan posisi dirinya yang serba salah dalam konflik pabrik semen. Dia pun berjanji untuk mempertemukan warga dengan investor pabrik semen. “Kalau keinginan mereka dipertemukan, ayo ditemukan. Jangan dengan para pakar. Tugas saya hanya menjembatani keduanya,” tutur Ganjar.
Ganjar mengungkapkan, saat ini proses banding masih berlangsung. Jika nantinya gugatan dimenangkan oleh pihak pabrik semen, maka pabrik harus berdiri dan warga tidak bisa mencegah. Maka harus ada solusi yang disepakati sejak dini. “Harus dipertemukan. Kalau takutnya soal kekurangan air, maka pihak semen akan kita tanya apa tanggungjawabmu terhadap air dan kesejahteraan sekitar. Kalau jawaban ini bisa, maka ini cara yang paling bagus untuk menyelesaikan persoalan itu,” katanya.
Mengenai pertemuan para pihak, dirinya siap memfasilitasi untuk mempertemukannya. Bahkan dirinya juga siap jika memang diminta menghadirkan Menteri Lingkungan Hidup, Para perusahaan juga nantinya bisa dikenakan kewajiban sebagai pra syarat pendirian pabrik semen. Kewajiban pengembang misalnya yang bisa diminta menyediakan embung, jalur irigasi. (MJ-058)

Comments are closed.