Gus Yasin Wakil Gubernur Jawa Tengah Kunjungi Wadas, Purworejo, Dengarkan Warga Masalah Quarry

Gus Yasin Wakil Gubernur Jawa Tengah Kunjungi Wadas, Purworejo, Dengarkan Warga Masalah Quarry

Media Jateng, Purworejo – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, mengunjungi Desa Wadas, Kabupaten Purworejo.

Tanpa pengawalan, Wakil Gubernur Jateng sengaja menyempatkan diri datang ke Wadas, Purworejo di sela kunjungan kerja.

Kedatangan Gus Yaqsin, untuk mendengarkan secara langsung persoalan dan keluhan warga Wadas, Purworejo, terkait polemik di yang sempat firal di Media.

Setibanya di Masjid Nurul Huda Wadas, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin disambut masyarakat dengan lagu Yalal Wathon.

Orang nomor dua di Jawa Tengah itu, juga nampak akrab menyapa anak-anak yang kebetulan diajak orangtuanya ke masjid tempat silahturahmi antara Gus Yasin dengan warga.

“Saya pribadi menyampaikan prihatin, dengan adanya kejadian seperti kemarin,” ungkap Gus Yasin kepada warga.

“Alhamdulillah tadi saya lihat anak-anak sudah senang, sudah ceria. Masyarakatnya sudah mulai kembali aktivitasnya,” Wagub Jateng Taj Yasin, di hadapan warga Wadas.

Dalam rilisnya, Senin 21 Februari 2022, Wakil Gubernur Taj Yasin mengaku telah mendengarkan unek-unek warga melalui Gus Fuad selaku tokoh masyarakat di Wadas.

Wagub Jateng menyebutkan sudah mendapatkan gambaran mengenai polemik yang terjadi. Menurut Taj yasin, akar masalah sejak awal adalah persoalan komunikasi.

Bagi Wakil Gubernur Jateng, apabila komunikasi dibangun secara baik dan transparan sejak awal, maka tidak akan menimbulkan masalah besar.

“Saya lihat tadi komunikasi yang salah, ayo kita perbaiki bersama. Minimal kalau ada masalah rembugan harus jelas dari awal, saya sampaikan supaya tahu semua,” ungkap Gus Yasin.

“Namanya Jual beli, ya harus tahu harganya ‘yang dibeli berapa, kelanjutannya gimana’, harusnya kan gitu,” terang Taj Yasin diamini warga serentak.

Sebelumnya, Gus Fuad menyampaikan kronologi peristiwa dan penolakan sebagian warga terkait penambangan kuari Wadas untuk pembangunan Bendungan Bener.

Kata dia, tidak ada transparansi dan sosialisasi sejak awal dari pihak aparatur desa. Hal itu terus berlanjut sampai warga mencari tahu sendiri kejelasan rencana penambangan di Wadas.

“Warga resah, mau nanam juga tidak tenang. Akhirnya para sepuh mengirimkan surat ke kepala desa. Tapi tidak ada balasan,” kata Gus Fuad.

Lebih jauh, Gus Fuad mempertanyakan mengenai posisi Wadas yang dipakai sebagai situs penambangan. Padahal, secara lokasi, Wadas terpisah dari Bendungan Bener.

Dia juga menyoroti soal appraisal pembebasan lahan yang dirasa tidak semestinya.

Hal itu membuat warga menjadi semakin resah. Gus Fuad menyebutkan warga merasa tidak ada keadilan yang seharusnya didapatkan.

“Kenapa kok wadas ini kok masuk dalam PSN sementara tempatnya terpisah yang mau diambil materinya. Artinya bukan lokasi proyek. Kedua, appraisal ini diumumkan setelah kita menyetujui semua. Jadi bukan kesepakatan dulu harganya berapa baru kita setuju, itu bukan. Itu yang tidak berperikeadilan dirasa warga itu itu. Tidak ada transparansi, sosialisasi,” terangnya.MJ/70