Grobogan

12 Tahun Lumpuh dan Sebatangkara, Bocah Ini Belum Pernah Terima Bantuan Pemerintah

×

12 Tahun Lumpuh dan Sebatangkara, Bocah Ini Belum Pernah Terima Bantuan Pemerintah

Sebarkan artikel ini

GROBOGAN, Mediajateng.net – Daftar panjang lemahnya perhatian pemerintah Kabupaten dan Provinsi dibidang kesehatan makin bertambah. Setelah sebelumnya, Rahma Fariski bocah berusia sembilan tahun asal desa Getasrejo, tidak mendapat perhatian pemerintah, kali ini Susanti, bocah yang tidak bisa berjalan selama 12 tahun lantaran tulang kakinya lemah pun tidak pernah mendapatkan perhatian berupa pemeriksaan.
“Santi jalan merangkak sejak lima bulan, hingga saat ini berusia 12 tahun tidak pernah ada perwakilan pemerintah baik Kecamatan, Dinas Kesehatan, DPRD bahkan Bupati yang menyambangi ke rumah untuk memeriksa keadaan Susanti,” ungkap Ngatini (53), budhe Susanti di rumahnya Desa Penganten, Kecamatan Klambu, kemarin.
Istri dari Soman (54) itu menceritakan, sejak keponakannya sebatangkara setelah ibunya meninggal dunia saat Susanti berusia 5 bulan, bocah berambut ikal dengan kulit putih bersih itu sempat tinggal bersama kakek dan neneknya. “Setelah kakek dan nenek meninggal, Susanti saat ini ikut dengan saya bersama empat anak saya. Untuk makan sehari-hari, kami hanya mengandalkan pendapatan dari Soman suami saya yang bekerja serabutan sebagai tukang cangkul dan buruh kasar tukang batu,” ungkapnya.
Karenanya, untuk kebutuhan makan, sekolah dan pemeriksaan kesehatan Susanti tidak bisa dilakukan secara optimal. “Kami hanya pasrah, kendati berjalan harus merangkak, namun jika melihat semangat belajar susanti mungkin suatu saat ada donasi kursi roda atau jika bisa Susanti mendapat pelatihan agar bisa mandiri ketika dewasa nanti,” ungkapnya pasrah sembari mengusap rambut keponakannya.
Ketidak beruntungan Susanti tidak saja karena mendapatkan takdir harus jalan menggunakan lutut, sang ayah yang tidak bertanggungjawab juga meninggalkan bocah tersebut tanpa memberi nafkah. “Karena untuk keramas saja harus dibantu, jalan jauh harus digendong jadi tidak banyak yang sabar menghadapi Susanti. Tentu, pilihan Susanti juga tinggal bareng-bareng kruntelan dengan kami di sini,” tambahnya.
Kesempatan belajar, selama ini dilakukan Susanti dengan cara melihat, mendengarkan dan memperhatikan Danang sepupunya yang berusia satu tahun lebih muda ketika belajar. “Jika Danang kerjakan PR (pekerjaan rumah) Susanti melihat di dekatnya, dari situ dia bisa menulis menggambar dan berhitung,” tambahnya.
Terkait keinginan, Susanti mengaku belum tahu ingin apa, namun penyuka Sosok Boy dalan Sinetron Anak Jalanan yang tayang setia hari di salahsatu televisi naional ini mengaku hanya ingin bisa membantu budhenya memasak. “Jika potong-potong sayur, lombok bisa tapi yang lain belum,” akunya sembari sesekali tersenyum.
Kendati harus merangkak, Susanti mengaku tidak malu dengan tetangganya. Bahkan, dengan bocah seusianya, Susanti sesekali bermain ke rumah tetangga dengan harus melintasi jalan berbatu tajam dengan lutut sebagai alas kaki. “Saya tidak malu karena memang jalan saya begini. Tapi saya takut jika jalan pakai krek (alat bantu) takut jatuh,” aku bocah yang diberi Tuhan rejeki lewat donasi tetangga jelang perayaan hari besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha.
Saat ditanya apakah ingin sekolah, Susanti mengaku bingung. Kendati bisa menulis, membaca dan berhitung namun bocah yang bisa dihubungi melalui telepon milik padhenya di nomor 081240286678 mengaku, jika melihat kondisinya fisiknya yang tidak bisa berjalan sempurna apakah ada sekolah yang mau menerimanya ditambah lagi permasalahan usianya sudah menginjak 12 tahun. (MJ-070)